“Desa Kadahang, “
Kering, kuning, kami melihat Sumba yang sama dengan yang kami pikirkan selama perjalanan dari Waingapu hingga Rambangaru. Di kiri terbentang bukit dengan ilalang berwarna kuning kehijauan. Pun di kanan demikian, terkadang pantai pasir putih dan lautan biru datang di sisi kanan kami dan menjadi ketakjuban kami yang baru kali pertama ke Sumba.
Rambangaru, 30 menit menuju Desa Kadahang, 2-3 jam dari Waingapu, merupakan pusat administrasi Kecamatan Haharu, lokasi Desa Kadahang yang akan menjadi rumah kami selama 28 hari kedepan. Disana kami bertemu dengan Umbu Marthinus, atau Bapa Topan, atau Bapa Desa. Ya, dialah Kepala Desa Kadahang yang rumahnya akan kami tiduri selama di Kadahang.
Setelah membereskan segala administrasi dan perizinan juga Sholat Jumat di Rambangaru karena ini masjid terdekat dari desa, kami melanjutkan perjalanan menuju Kadahang. Di mobil kami tidak banyak berbincang, hanya basa basi dengan obrolan ringan. Hingga sampailah kami di daerah yang terlihat hijau dengan pepohonan rimbun di samping kiri kanan. Dan ternyata inilah Kadahang.
Secara administratif Desa Kadahang ada di Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Lebih ke timur sedikit ke utara kalau dari Waingapu, pusat administratif Sumba Timur. Kadahang terbagi dua, ada Kadahang Timur dan Kadahang Barat, keduanya dipisahkan Sungai Kadahang. Kadahang ada di wilayah pesisir pantai dan kalau dilihat ya savanna dimana mana.
Kita tinggal di rumah Bapa Desa, di Kadahang Timur. Kalau dilihat sekilas fasilitas umum sudah banyak di Kadahang, ada kantor pemerintah desa, ada SD Negeri Kadahang, ada puskesmas pembantu, ada PAUD, ada Posyandu, ada pasar, dan prasarana air udah ada tapi masih bermasalah.
Hari Jumat itu, sesampainya kami di rumah Bapa Desa kami langsung beres – beres barang dan ngobrol – ngobrol awkward di teras rumah Bapa Desa, yah kita baru bertemu jadi wajarlah kita kenalan terus basa basi demi terciptanya sedikit kehangatan diantara keawkwardan perbedaan budaya dan bahasa. Sampai tiba – tiba, seseorang datang bawa ayam hidup dan pisau, lalu meminta kami untuk potong ayam sendiri, dan ayam itu jadi ayam pertama yang kami potong diantara puluhan hewan yang kami potong selama di desa sana.
Dan sore itu, kami disambut (bukan disambut sih), dengan acara marathon anak – anak desa Kadahang.
yah, kalau dilihat – lihat..
Kadahang itu pinggir pantai
Kadahang itu banyak savanna nya
Kadahang itu malamnya luar biasa menakjubkan
Kadahang itu panas, apalagi kalau siang hari
Kadahang itu penduduknya ramah, toleransi tinggi, baik, asik
Kadahang itu kadesnya juara
Kadahang itu susah air (di Kadahang barat sih iya, kalau timur kali kali)
Kadahang itu kemarin jadi juara desa terbaik se Sumba Timur
Kadahang itu berkesan lah pokoknya
Hari ini, jadi hari awal dimana kita akan berlibur melakukan misi kami untuk membantu warga desa Kadahang, seperti slogan yang dikatakan seseorang sebelum datang kesini, “hanya sedikit yang bisa kami lakukan, tapi itu semua kami lakukan untuk negeri” dan tinggalnya kami selama satu bulan disini semoga menjadi secercah harapan walaupun sedikit tapi untuk negeri ini, begitu katanya.
gambar terakhir mas..kayak difilm mad max furious..pas introfilmnya..suasana pedesaan dan pelosok indonesia seperti ini memang bikin kangen
SukaSuka
bener sih suasananya bikin kangen soalnya bener bener nyaman disana haha
SukaSuka
Long time no blogging ya …, saya kira blognya dah ditinggalin empunya 😄😄
SukaSuka
wkwk lagi berkiprah di perkuliahan dulu pak haha
SukaSuka
Jangan panggil pak lah…, kite juga anak kuliahan.. 😄😄
SukaSuka
wahaha okedeeh bro!
SukaSuka
tidur manis di jeep itu sedap kak
SukaDisukai oleh 1 orang
kadahang mantapp👍👍
SukaDisukai oleh 1 orang
Ping-balik: Satu Bulan di Tanah Sumba | pergikemana·
foto terakhir suka bangettt
SukaSuka
wkwk mantap tuh viewnya, kalau liat langsung lebih mantap
SukaSuka